Jumat, 17 Juli 2015

Nama

       Gemerintik  hujan menyapu panas jalan ibu kota. Para pedagang asongan yang mulanya berteriak di tiap sudut perempatan mulai berhamburan mencari tempat perlindungan dari basah dan dingin angin yang berhembus. Seorang wanita dengan rambut ikal berantakan memandangi kumpulan manusia yang berlarian tersebut dari dalam cafe. Dengan sombong ia menatap di balik tembok kaca, memandang angkuh para manusia yang berlarian secara reflek.
        'Klaang... Klang....'
        Ia mengaduk dengan malas cangkir teh di hadapannya. Kemudian perlahan menghirup uap yang menghantarkan bau khas teh dengan mata terpejam. Spontan alam pikirnya melayang ke memori masa lalu yang tak pernah ia lupakan satu detikpun dalam hidupnya. Gelombang otak terus berpacu mencari data ingatan 3 tahun lalu.....
        Tarian
        Jari
        Darah
         Tatapan
         dan..
        ucapan maaf yang berganti dengan sekelebat senyum culas
         yang tak sengaja ia lihat di balik pintu
     
         Tubuhnya bergetar mengingat segala hal yang sebetulnya tidak perlu ia ingat. Apalagi hanya menghasilkan rasa hampa teramat sangat dalam batinnya, percuma!
          ia tak akan kembali......
          kehilangan hal penting dalam hidup membuatnya tersesat, ia harus mencari alasan apalagi yang perlu ia lindungi.
         Seluruh jiwanya berteriak kencang.. meraung, mencakar dinding hatinya. Namun tertahan tepat di kerongkongannya dan hanya ekspresi datar yang ia tampilkan dalam wajah pucatnya. Jemari kurusnya yang gemetar hebat meraih tangkai cangkir yang sudah siap di hadapannya. Sedikit demi sedikit air keruh ia teguk.
          "ah.... Chamomile" bisiknya dengan mata terpejam kembali, rasa hangat memenuhi relungnya. Setidaknya untuk sementara.
          "chamomile? Kenapa kau memilih jenis itu?" ujar seorang pria yang tiba-tiba telah duduk di hadapan sang gadis.
          Gadis itu hanya sanggup memandang kaget dengan mulut sedikit terbuka.
           "Hai, namaku Del, aku sering melihatmu duduk disini. Kau selalu memesan chamomile tea kan?" ujarn Del dengan senyum antusias.
           Sang gadis masih menatap kaget, ia berusaha memusatkan pikiran, "ka.. Karena jenis itu menurutku dapat memberikan rasa hangat dan menenang..."
           "Ah! Kau salah! Dalam urusan menenangkan, Earl Grey Tea jagonya! Aroma harum ituloh, kau tahu kan? Menurutku itu lebih baik hahahah" potongnya dengan ekspresi penuh kemenangan, tubuh sang pria bergerak condong ke belakang, menempel tepat di sofa berwarna coklat.
          Sontak ekspresi sang gadis berubah menjadi sedikit masam, "baik menurutmu itu baik menurut siapa? Menurut pandanganmu? Atau mayoritas masyarakat? Maaf aku lebih menyukai defenisi baik dalam pandanganku sendiri" ujarnya sambil membuat pandang ke luar jendela.
        "eh? Hahahahah aku tidak mengerti, tunggu dulu, lancang sekali aku mengajak dirimu berbicara langsung nona. Siapa namamu?"
         "Persephone, kau bisa memanggilku Evonne." jawab sang gadis seraya mengulurkan tangan, entah apa yang ada di pikirannya hingga ia mau berkenalan dengan orang asing, aneh pula!
          Del membalas uluran tangam Evonne dengan jabatan erat, "Persephon? Ah nama yang indah! Aku suka mendengarnya, mengingatkan ku pada nama-nama orang barat! Keren! Kalau namaku Del dari Delanto Wibowo, cukup aneh ya? Ayahku memberikan............" Del menjelaskan asal usul namanya dengan cepat dan antusias. Sedamgkan Evvone hanya memutar bola matanya. 'dasar aneh! apakah ia tidak tau Persephone istri dari Hades raja dari neraka! Lembah kematiam! Kesunyian! Dari mana segi indahnya?' ujar Evonne dalam benak.
         Dengan senyum terpaksa ia mencoba mendengarkan ocehan Del. Namun tak satupun ia ingat dalam ingatannya, buang waktu. " ah! Hujannya berhenti! Aku harus pergi, bye Evonne!" Del pergi.
         "Dasar gila, siapa dia? Lancang sekali! Ah untung sepertinya ia tipikal pria melambai, aku jadi gak tega memarahinya" gerutu Evonne seraya memandangi jam tangan berwarna hitam miliknya.
          16.55
           Terlambat!
          Dasar mengesalkan.
          Kemudian Evonne kembali meneguk minumannya, memandang langit mendung bersama kesendirian, menunggu tamunya yang tak kunjung datang.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar